Mencari Tokoh Pemuda Sejati di Sulawesi Selatan


Musyawarah Daerah (Musda) KNPI Sulawesi Selatan yang seharusnya menjadi ruang konsolidasi gagasan pemuda, justru kembali memperlihatkan kenyataan yang membuat kita harus bercermin sebagai generasi muda. Musda yang mestinya menjadi forum adu visi dan pertarungan ide, belakangan ini justru lebih sering melahirkan polemik daripada melahirkan arah baru bagi kemajuan pemuda Sulsel. Dari dinamika itu, muncul kesan kuat bahwa kita sedang kekurangan tokoh pemuda dalam makna yang sebenarnya. Tokoh yang menang karena gagasan, dan kalah pun tetap berjiwa besar.

Padahal, sejarah selalu membuktikan bahwa perubahan besar di negeri ini kerap dimulai oleh keberanian pemuda menghadirkan gagasan. Pemuda bukan hanya kekuatan demografis, tetapi juga kekuatan moral yang seharusnya menjadi penggerak arah pembangunan daerah. Namun ketika ruang-ruang organisasi kepemudaan hanya diisi oleh perebutan posisi tanpa visi, maka yang tersisa hanyalah panggung kosong yang ramai sorak tetapi miskin makna.

Tokoh pemuda sejati tidak diukur dari seberapa lantang ia mengklaim kemenangan, tetapi seberapa kuat ide yang ia usung untuk memajukan daerahnya. Ia menang karena gagasan, bukan karena intrik. Ia dihormati karena visi, bukan karena kedekatan politik. Dan ketika takdir tidak berpihak, tokoh sejati akan menerima kekalahan sebagai bagian dari proses pendewasaan diri, bukan mempertahankan ego dengan berbagai dalih yang melemahkan martabat kepemudaan itu sendiri.

Realitas yang kita lihat hari ini memberikan pelajaran penting: jabatan tanpa gagasan hanyalah ruang kosong yang tak akan membawa perubahan apa pun. Energi pemuda tidak boleh habis untuk mempertahankan klaim dan simbol kekuasaan. Energi itu harus diarahkan untuk menjawab persoalan nyata Sulawesi Selatan, ketimpangan pendidikan, rendahnya literasi, minimnya ruang kreatif, serta lemahnya konsolidasi kepemudaan di tingkat akar rumput.

Sulsel membutuhkan pemimpin muda yang mampu mengubah perbedaan menjadi kekuatan. Perbedaan pilihan, perbedaan latar organisasi, bahkan perbedaan cara pandang seharusnya dapat dirajut menjadi satu tujuan: menjadikan Sulawesi Selatan lebih maju, berdaya, dan bermartabat. Pemuda yang kita butuhkan bukanlah mereka yang hanya ingin berdiri di depan kamera, tetapi mereka yang berani berdiri di depan masalah.

Dalam konteks itu, kita menantikan lahirnya pemuda-pemuda yang mau dan mampu bertarung dengan gagasan. Pemuda yang membawa visi besar untuk pendidikan, pemberdayaan masyarakat, kewirausahaan, dan pembangunan karakter. Pemuda yang hadir bukan untuk mempertebal sekat, tetapi untuk membangun jembatan. Pemuda yang tidak hanya bicara tentang perubahan, tetapi benar-benar memperjuangkan perubahan itu dengan kerja nyata.

Sebagai seorang yang bergiat dalam dunia pendidikan masyarakat melalui Rumah Cerdas Bajeng, saya melihat langsung bagaimana pemuda di akar rumput sesungguhnya menyimpan potensi besar. Mereka hanya membutuhkan ruang, kepercayaan, dan teladan. Jika ruang-ruang organisasi pemuda terus dikuasai oleh pertarungan ego, maka generasi hebat yang sedang tumbuh ini tidak akan mendapatkan inspirasi yang layak mereka terima.

Oleh karena itu, Musda KNPI Sulsel dan berbagai dinamika yang ada seharusnya menjadi momentum untuk melakukan introspeksi bersama. Apakah kita ingin melanjutkan tradisi perebutan kursi, atau kita ingin membangun budaya baru: budaya beradu gagasan, berkompetisi secara sehat, dan bersatu untuk tujuan besar?

Akhirnya, harapan kita hanya satu: Sulawesi Selatan membutuhkan tokoh pemuda yang tidak hanya hadir di panggung, tetapi hadir dalam gagasan; tidak hanya muncul dalam klaim, tetapi muncul dalam karya; tidak hanya kuat dalam ambisi, tetapi kuat dalam integritas. Ketika pemuda mampu menyatukan diri, menghormati proses, dan menempatkan kepentingan daerah di atas kepentingan pribadi, maka masa depan Sulsel akan lebih mudah kita wujudkan.

Karena sesungguhnya, masa depan Sulawesi Selatan tidak hanya membutuhkan pemimpin muda. Tetapi, pemimpin muda yang benar-benar memimpin.

Oleh: Firdaus Founder Rumah Cerdas Bajeng