DPP HIPMA GOWA menutup mata: Regenerasi yang Diputus, Harapan yang Digantung”

Oleh: Muh Jesmin

Ada masa di mana organisasi kehilangan arah bukan karena kekurangan kader, tetapi karena pemimpinnya memilih diam.

Hari ini, kita menyaksikan hal itu terjadi di tubuh DPP HIPMA GOWA (Dewan Pengurus Pusat Himpunan Pelajar Mahasiswa Gowa). Periode 2022-2024 telah melewati batas yang ditentukan dalam konstitusi, tapi Musyawarah Besar belum juga diselenggarakan. Sementara itu, DPP HIPMA GOWA seolah menutup mata seolah waktu berhenti bersama berakhirnya masa jabatan.

Padahal, Musyawarah besar (MUBES) bukan sekadar agenda administratif, melainkan titik sakral regenerasi. Ia adalah ruang suci di mana tongkat estafet kepemimpinan berpindah tangan, di mana semangat lama memberi ruang bagi yang baru. Namun, ketika forum itu dibiarkan beku, yang lahir bukan kesinambungan, melainkan kemandekan.

Apakah DPP (Dewan Pengurus Pusat) tidak menyadari bahwa dengan menunda MUBES, mereka secara perlahan memutus jalur kepemimpinan DPP HIPMA GOWA sendiri? Bahwa dengan menutup mata terhadap regenerasi, mereka juga menutup peluang lahirnya gagasan, semangat, dan arah baru bagi organisasi ini?

Saya melihat HIPMA GOWA kini seperti rumah tua yang pintunya terkunci dari dalam penghuninya ada, tapi enggan membuka. Sementara di luar, para kader muda berdiri di depan gerbang, membawa semangat dan harapan untuk melanjutkan perjuangan,namun tak diberi ruang untuk masuk.

Organisasi tidak boleh dibiarkan hidup dalam stagnasi. Kepemimpinan bukan warisan yang bisa digenggam selamanya. Ia harus berpindah, berputar, dan tumbuh dalam siklus yang sehat, itulah makna dari regenerasi.

"Saya tidak ingin DPP HIPMA GOWA dikenal sebagai organisasi yang mati pelan-pelan karena ketakutan pada perubahan. Saya tidak ingin sejarah mencatat bahwa satu periode kepemimpinan justru menjadi periode pembekuan ide dan kaderisasi."

"Saya ingin DPP HIPMA GOWA hidup kembali, bukan hanya di nama dan dokumen, tetapi di ruang-ruang diskusi, di forum-forum pergerakan, di dada kader-kader yang masih percaya pada idealismenya."

Saya katakan dengan tegas: Sudah cukup kita menunggu. Sudah cukup kita diam. Jika DPP memilih menutup mata, maka biarkan suara kader membuka jalan. Sebab regenerasi bukanlah pemberian dari atas, melainkan hak yang lahir dari kesadaran kolektif kader di bawah.
 
*Tulisan ini merupakan keresahan saya sebagai kader Hipma Gowa Koordinatorat Pattallassang*